2023 ke 2024
Hari pertama 2024, saya masih memikiran 2023. Sebab ada yang belum selesai. Annual review.
Supaya tidak bingung, saya ikuti 2 macam prompt dari 2 orang berbeda yang sebetulnya mirip-mirip. Satu dari Ali Abdaal dan satu lagi dari Iqbal Hariadi. Jujur yang lebih mengasyikkan adalah yang punya Iqbal. Begini isinya.
Di akhir, iqbal kasih saran supaya kita mengirimkan hasil annual review ini via email ke diri kita sendiri di masa depan, yaitu jadwalkan di akhir tahun 2024. Kelak, pasti menarik untuk kilas balik.
Saat menelusuri album foto. saya sadar kalau highlight ada tapi tidak terlalu banyak. Sebabnya bisa dua, antara memang hidup begitu-begitu saja/ kurang mencoba hal baru atau kurang rajin mendokumentasikan momen. Keduanya jadi inspirasi untuk tidak diulangi di tahun 2024.
2023 cukup berat. Tapi seberat-beratnya, toh terlalui juga. Masalah-masalah selesai juga. Kadang memang ‘cuma’ butuh bertahan saja & terus usaha. Waktu yang akan membantu mengurai benang kusut dan mencarikan solusinya.
Sekarang sudah berganti 2024. Awal tahun biasanya ramai soal resolusi. Ramai doang, tapi orang yang membuatnya tidak banyak. Apalagi yang benar-benar mengusahakan resolusinya tercapai, makin tidak banyak. Tapi apakah buruk punya resolusi? Tentu tidak. Untuk mengawali, coba yang mudah-mudah saja dulu & menyenangkan. Minimal tercapai dulu & menumbuhkan kepercayaan diri untuk mengejar resolusi-resolusi berikutnya. Mulai dari hobi apa yang mau dicoba (lagi). Saya sendiri ingin mulai lagi main bola/ futsal. Olahraga ini adalah satu hal yang menyelamatkan saya dari kegilaan kuliah teknik kimia. Hanya saja, di umur kepala 3 dan sudah hampir 1 dekade tidak main bola, tentu perlu hati-hati dan pelan-pelan. Perlu persiapan dulu supaya tidak malah cidera.
2024, excited tapi tetap membumi. Jangan terlalu dibikin stress.