Di Jakarta
Begini rasanya di Jakarta. Isi berita ada disini semua. Dekat sekali. RRI sedang membahas prestasi Sea Games tahun ini, di ruas jalan yang lain sedang berlangsung arak-arakan pawai timnas sepakbola. Bila sering kita dengar berita Jakarta berisi soal banjir, terlihat dengan jelas pompa-pompa besar untuk membantu mengalirkan air.
Orang bilang Jakarta keras. Benar saja, lengah sedikit bisa kena tipu. Ada orang yang kerjanya memanfaatkan kelengahan orang lain. Ada yang tiba-tiba menegur penumpang turun taksi karena tidak pakai masker, penumpangnya kaget. Ujungnya dia jual masker. Padahal kan sudah tidak wajib. Yah, memang keras, Bos. Butuh duit.
Kota metropolitan, apa-apa mahal. Makan mahal.
Sayangnya tidak banyak wahana untuk anak-anak. Ancol sudah begitu nasibnya. Lihat review TMII juga tidak banyak yang bilang bagus. Planetarium sedang tutup sementara. Ada taman bermain yang kapan hari dibuka, membludak! Ke mana seharusnya anak bermain? Mall? Belanja kali.
Di Jakarta, pagi seperti babak penyisihan war ticket Coldplay. Semua tumpah-ruah di jalan dengan buru-buru. Nyalak klakson kendaraan saling beradu seperti membentak & meneriaki, "Minggiiiirr! Aku yang berhak duluaaan!! Aaargggh!"
Di Jakarta, siang seperti oven dengan knob yang los dol. Panas dan bikin gosong.
Di Jakarta, malam seperti perlombaan lampu gedung pencakar langit. Pialanya adalah perhatian dan nama brand yang mentereng. Yang redup tidak akan terihat. Yang terang dan tinggi lah pemenangnya. Sayangnya, lomba ini mengaburkan letak titik-titik bintang. Polusi cahaya.
Di Jakarta, hari ini.