Konsumsi Media Sosial

Konsumsi Media Sosial
Photo by Adem AY / Unsplash

Berapa lama anda buka media sosial (medsos) hari ini?

Konon, medsos memang didesain supaya penggunanya betah berlama-lama dengannya. Algoritmanya dirancang supaya kita ‘kecanduan’. Jadi kalau kita tidak ada kontrol diri, akan mudah terjebak di aktifitas scrolling tanpa henti.

Saya rasa sekarang tiap orang harus mulai melihat lagi berapa waktu yang ia habiskan per hari hanya untuk medsos. Sekali lagi, untuk melihat sosmed. Mengonsumsi, bukan berkreasi.

Caranya gampang. Kini tiap gawai sudah dibekali aplikasi tracking yang bisa menghitung berapa lama kita buka suatu aplikasi, termasuk apliasi medsos. Kita juga bisa mengatur batas waktu bagi tiap-tiap aplikasi medos, agar mencegah kita dari berlebih-lebihan.

Saya sendiri sempat terkejut. Setidaknya 2-3 jam (bahkan pernah 4 jam) saya habiskan hanya untuk melihat lini masa Twitter, Instagram, dan Youtube. Itu berarti 1/8 dari waktu saya sehari. Atau lebih dari 15 persen total waktu bangun dipakai untuk scrolling timeline. Waktu tersebut setara dengan menyetir mobil Surabaya-Solo via tol.

Memang harus diakui medsos tidak selalu buruk. Informasi-informasi penting juga banyak bertebaran di sana. Yang buruk adalah kalau kita tak bisa berhenti dan membatasi diri.

Kalau ditelisik lebih cermat, buka medsos dan scrolling tanpa henti itu akibat tidak ada alternatif lain untuk membunuh waktu. Seringnya begitu, setidaknya buat saya.

Ini jadi kebiasaan. Maka untuk mengubahnya, kita bisa mengacu ke habit loop dari buku The Power of Habit karya Charles Duhigg. Menurutnya, habit loop dimulai dari cue, kemudian action dan kemudian reward. Saat ini, cue nya adalah waktu luang, actionnya buka medsos, rewardnya hati gembira (meski waktu banyak habis terbuang).

Kata Charles Duhigg, mengubah kebiasaan artinya mengubah action ketika cue datang. Perubahan action ini harus diikuti dengan rewards yg lebih baik, supaya habitnya sustainable.

Jadilah saya mencari alternatif action. Pilihan jatuh ke Kumparan plus. Saya pernah mencoba baca-baca, kok sepertinya menarik. Tulisannya segar dan enak dibaca. Maka saya berlangganan & saya taruh icon aplikasinya di titik yang mudah ditemukan. Sementara icon medsos saya sambunyikan di folder.

Kedepan, kebiasaan saya mengonsumsi medsos harus berubah. Kalaupun tidak berubah total, minimal berubah sebagian. Supaya isi kepala ini tidak cuma yang viral-viral saja, melainkan yang bergizi juga dan yang terkurasi secara apik.

Read more