Mulai Lagi
Ah, ternyata rindu juga dikejar deadline menulis setiap hari.
Setelah 52 hari konsisten menulis dan posting tiap hari disini, saya absen satu hari karena anak sakit. Esok harinya, saya janji akan menulis dobel untuk ‘menebus dosa’. Kemudian berujung tidak memulai lagi setelah 2 bulan berikutnya.
Ini barangkali alasannya.
Satu hal yang terasa tidak enak saat 52 hari itu adalah perasaan dikejar deadline tiap hari. Sering hingga jam 9 atau 10 malam sama sekali belum ada draf tulisan. Bahkan beberapa kali tertidur saat ngeloni anak, lalu terbangun jam 23.50, dan ngebut menulis 1-2 kalimat. Sungguh perasaan yang tidak enak. Kemudian muncul pemikiran: supaya tidak dikejar deadline seperti itu, sebelum mulai lagi, saya harus punya stok tulisan yang antre untuk diposting. Sehingga tidak perlu 1 hari 1 tulisan jadi. Cukup 1 hari 1 draf saja. Tentu ini akan sangat mengurangi tekanan. Ternyata, yang terjadi justru saya tidak mulai-mulai.
Konon, sebagin besar sebab orang menunda adalah tentang kegagalannya memulai. Memang memulai itu sulit. Tapi bila sudah mulai, magic happens. Semua jadi lebih mudah. Ia akan lanjut terus dan terus. Memang, lebih mudah menyetir kapal yang sudah bergerak daripada yang masih diam. Ada yang berdalih belum ada motivasi. Padahal, motivation follows action, not the other way around. Kesimpulannya, mulai aja (lagi).
Harus diakui, dikejar deadline itu tidak enak. Tapi, yo wis ben lah. Anggap saja itu growing pain, sakit yang justru dibutuhkan untuk tumbuh. Persis seperti orang yang ingin berotot harus merasakan sakitnya mengangkat barbel. Secara rutin. Tambah berat dan tambah berat. Tanpa itu, lupakan itu otot.
Oke. Kini saya mulai lagi. Bila anda ingin menyimak juga, subscribe ya.