Pertemanan Anak-Anak

Pertemanan Anak-Anak
Photo by Robert Collins / Unsplash

Saat syawalan di keluarga besar kemarin, banyak yang membawa serta anak-anak balitanya. Anak-anak ini banyak yang malu-malu saat pertama bertemu teman baru, para saudara jauhnya.

Tidak lama kemudian, interaksi mereka sudah akrab meski terlihat belum nyambung. Maklum, semua berkata dan bersikap sesuai dengan bekal pengajaran dari orang tua masing-masing. Kadang (atau seringnya) mereka berebut mainan. Tapi setelahnya, mereka bermain bersama lagi. Ajaibnya, semua itu terjadi kurang dari satu jam. Singkat sekali.

Siang tadi, saya mengajak anak saya ke taman bermain di sebuah hotel, sembari ibunya mengikuti acara di sana. Tempatnya ramai sekali. Sama seperti saat syawalan, anak saya juga malu-malu pada awalnya. Kemudian mulai mencoba beberapa mainan yang sepi peminat. Setelah terbiasa dengan suasananya, anak saya mulai berani meminjam mobil-mobilan. Sempat agak berebut karena ada anak-anak lain yang juga menginginkannya.

Tak lama setelah itu, anak saya dan anak yang hampir rebutan mobil-mobilan tadi sudah bermain bersama. Mereka main jual-beli makanan. Anak saya penjual dan anak lainnya jadi pembeli. Interaksinya intens sekali. Saya cuma tersenyum saat mengambil foto mereka, sambil membayangkan kebiasaan anak saya saat roleplay jadi penjual di rumah. “Ini harganya lima enam tujuh satu dua.” Atau, “Bayarnya pakai Ovo atau pakai kartu?” Atau yang ini, “Ini kembaliannya dan ini bonusnya.”

Memang, anak-anak ini mudah sekali berteman dan bermain bersama. Tidak perlu kenal nama. Kadang bertengkar, tapi kemudian cepat akurnya.

Kalau kita bagaimana?

Read more