Sugesti dan Keyakinan
Seseorang pernah mengeluhkan tentang apa yang terjadi di kamar hotelnya. Ada suara-suara aneh yang muncul malam-malam. Awalnya hanya suara pukulan dok.. dok… dok... Kemudian makin menjadi-jadi. Muncul suara mendesing. Ini pasti ada yang tidak beres, pikirnya. Hotel baru kok begini. Mall yang berdampingan dengan hotel juga ramai. Parahnya lagi, ia merasa suara-suara asing itu hanya ia dengar ketika akan beribadah. Apakah setan hendak mengganggunya?
Setelah berminggu-minggu berlalu, ia kembali menginap di hotel tersebut karena suatu urusan. Dengan nada bercanda, ia meminta ke resepsionis agar tidak ditempatkan di kamar bersuara aneh tersebut. Sambil bercanda pula, resepsionis bertanya, “Iya kah, pak?” kemudian memberi penjelasan yang bisa jadi masuk akal. Katanya, “Mungkin itu pemasangan dekorasi baru di mall, pak. Kebetulan ada tenant besar yang sedang mau buka. Mungkin itulah mengapa terdengar suara palu dan bor. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanannya ya, pak.”
**
Sugesti dan keyakinan bahwa suara aneh itu muncul dari setan telah membuat seseorang mempercayainya. Padahal bisa jadi belum tentu demikian. Betapa berpengaruhnya sugesti dan keyakinan. Hendaknya kita berhati-hati menanamkannya di pikiran kita.