Surat untuk Diri Sendiri
Dalam kelas Menulis sebagai Meditasi Sehari-Hari, ada satu latihan yang kerap kali diingatkan. Yaitu adalah menulis surat untuk diri sendiri. Bisa surat untuk diri sendiri di masa lalu, atau dari masa depan, atau saat ini. Kegiatan ini membuat seolah-olah kita bebas dan berjarak dari diri kita sendiri. Sehingga kita bisa mengomentari, menyanjung, menyemangati, mengkritik, bahkan memaki diri sendiri bila perlu. Seolah ada 2 orang tapi dalam 1 tubuh.
Di bawah ini adalah surat yang saya tulis untuk diri sendiri hari ini, sembari menunggu anak menjalani terapi. Sudah saya edit supaya tidak terlalu memalukan.
Dear Rizal,
Alhamdulillah, akhirnya kamu menemukan dirimu lagi kemarin. Senin itu kamu berhasil menyelesaikan to do list yang kamu buat sendiri. Aku melihat kemunculan perasaan puas di hatimu, dan itu baik. Sebab itulah yang akan menghindarkanmu dari frustasi yang berlarut-larut. Teruslah seperti itu, tulis yang akan kau kerjakan dan kerjakan yang kau tulis. Ini semacam janjimu pada dirimu dengan aku sebagai saksinya. Tenang, aku akan selalu disini mengingatkanmu dan membantumu bila perlu. Aku bukan polisi moral yang akan menghukummu bila tak tepati janji, tapi aku juga bisa membantu bila kamu kesulitan dan menyangjungmu bila kamu berhasil. Maka, tolong lanjutkanlah.
Dengan mulai stabilnya dirimu, kini aku lihat kamu mulai bisa mengatur diri. Memilih dan memilah prioritas-prioritas. Dan yang terpenting, kamu terlihat bahagia. Istri dan anakmu pasti senang melihatmu demikian,. Dibanding bila engkau murung, menolak bicara, tapi diam-diam menahan rasa sakit kepala.
Tidurmu juga sekarang cukup dalam hal durasi. Nyenyak dalam hal kualitas. Bangun pun engkau tidak malas-malasan. Memang, aku lihat belum terlalu tampak semangat menggebu-gebu karena antusias akan apa yang akan kamu kerjakan hari nanti. Tapi tidak malas-malasan pun sudah cukup. Ibarat angka, nol lebih baik dari negatif. Tambah 1 lagi sudah jadi positif. Sedikit lagi. Aku lihat kegiatan belajar menulis ini sedikit banyak menambahkan angka 1 itu. Kamu kegirangan ketika membaca perumpamaan bagus, kalimat yang jenaka dan dialog yang ‘Kok iso ngene ya?” Aku pun senang melihatnya, maka lanjutkanlah juga. Aku lihat menulis ini jadi obat di saat yang tepat kali ini. Semoga seterusnya akan jadi vitamin yang membuatmu selalu segar tanpa harus sakit.
Rizal, aku bangga padamu dan sebaiknya kamu pun begitu. Supaya hidup jadi bertenaga dan punya greget. Tidak hanya jadi zombie yang mengikuti hari-hari tanpa ada yang berarti.
Sampai jumpa lagi.
Kembaranmu.
Sekarang, silakan anda buat surat untuk diri anda sendiri.
Selamat mencoba.